Cari Blog Ini

Selasa, 14 September 2010

Alquran dan Rahasia Lautan


Indonesia adalah sebuah negara maritim yang wilayahnya dikelilingi lautan. Namun, masih banyak yang kurang paham tentang lautan. Pada bulan Ramadan ini, ada baiknya kita mengkaji sedikit apa kata Quran tentang lautan, serta hubungannya dengan fakta-fakta sains modern.

Sungguh suatu hal yang sangat luar biasa bahwa Nabi Muhammad saw yang dilahirkan dan dibesarkan di tengah padang pasir (Mekah) dan tidak pernah mengecap pendidikan formal seperti layaknya mahasiswa sekarang, justru dapat menjelaskan rahasia laut dari segala aspeknya. Ini menunjukkan bahwa Alquran sungguh-sungguh merupakan suatu wahyu dan mukjizat dari Allah swt.

Laut atau lautan dalam Alquran disebut dengan kata-kata bahri, bahru atau bahra. Penemuan Dr Tariq Al-Swaidan yang termaktub dalam buku Alquran dan lautan yang ditulis oleh Agus Jamil (2004) menunjukkan bahwa kata laut di dalam Alquran dinyatakan sebanyak 32 kali, sedangkan darat dengan kata barri atau barr disebut 13 kali. Jumlah keduanya (darat dan laut) adalah 45.

Dengan demikian, persentase penyebutan kata laut adalah 32/45 x 100 persen = 71,11 persen. Subhanallah.

Berdasarkan data pengukuran dari citra satelit diketahui bahwa bumi ini ditutupi oleh lautan sebanyak 71,11 persen dan darat menutupi bumi sebesar 28,88 persen. Entah kebetulan atau tidak, kalau kita membandingkan jumlah ayat laut dan jumlah ayat mengenai daratan, persis sama porsinya 71,11 persen (porsi ayat lautan, 32 kali) dan 28,88 persen (porsi ayat daratan 13 kali).

Sebagai gambaran perbandingan daratan dan lautan seperti yang ditulis Gross(1987) dalam bukunya Oceanography, A View of The Earth bahwa gunung yang tertinggi di darat adalah Himalaya dengan ketinggian 8.848 m, sedangkan laut yang terdalam adalah Mariana Trench dengan kedalaman 11.035 m.

Rata-rata ketinggian daratan dari permukaan laut adalah 840 m, sedangkan rata-rata kedalaman lautan adalah 3800 m. Data ini menunjukkan bahwa walaupun seluruh daratan digunakan untuk menimbun lautan, maka daratan dapat tenggelam dengan kedalaman lebih dari 2.900 m. Mungkin itulah yang akan terjadi pada hari kiamat nanti. Subhanallah.

Lalu apa saja yang Alquran ungkapkan tentang laut dan apa yang bisa kita manfaatkan dari informasi tersebut? Berikut ini saya akan kemukakan beberapa ayat untuk kita renungkan bersama serta mengambil hikmahnya.

Dalam Surat An Nahl (QS; 16) ayat 14, Allah berfirman "Dan Dialah Allah, yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan) dan kamu mengeluarkan dari lautan perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur."

Bagi orang yang berkecimpung dalam bidang kelautan dan perikanan, tidaklah sulit untuk memahami ayat tersebut di atas. Bagaimana cara Allah dalam menundukkan lautan? Air laut (termasuk air tawar) mempunyai sifat yang disebut dengan sifat anomali air, yaitu densitas air tertinggi berada pada suhu 4oC dan bukan pada suhu 0oC, sedangkan air mulai membeku pada suhu 0oC.

Sifat anomali air ini yang menyebabkan air laut pada musim dingin di bagian bawah permukaan tetap cair walaupun pada bagian atas tertutupi es. Dampak positifnya adalah ikan-ikan dan biota laut yang ada di dalamnya masih bisa hidup dengan baik.

Dapatlah dibayangkan sekiranya densitas air tertinggi berada pada saat air membeku atau 0oC, maka tentulah tidak akan ada aktivitas eksploitasi sumberdaya hayati pada saat musim dingin dan mungkin juga sebagian besar ikan akan mati.

Untuk mengarungi lautan supaya manusia dapat mengambil manfaat dari padanya, maka berbagai jenis bahtera dapat berlayar di atasnya. Untuk melayarkan bahtera itu, Allah swt membuat gaya ke atas dalam air. Besarnya gaya ke atas tersebut sebesar gaya yang dipindahkannya.

Sains modern menyebutnya sebagai gaya Archimedes (Hukum Archimedes). Gaya ini memungkinkan kapal-kapal yang berlayar dengan membawa beban yang berat dapat terapung secara sempurna. Demikianlah cara Allah swt menundukkan lautan untuk manusia.

Di dalam laut terdapat berbagai jenis biota, termasuk ikan yang halal dimakan dagingnya. Dalam Alquran Surat Almaidah ayat 96, Allah berfirman "Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu."

Hasil penelitian dari Seafood Service Australia menunjukkan bahwa pada 100 gram bahan baku pada ikan terdapat 210 mg omega-3, pada tiram 150 mg, udang 120 mg, lobster 105 mg. Dibandingkan dengan daging sapi, hanya terdapat 22 mg, daging ayam 19 mg, daging kambing 18 mg dan pada daging babi tidak mengandung omega-3 sama sekali. Sungguh suatu karunia yang luar biasa.

Di dalam laut terdapat perhiasan. Mutiara adalah salah satu perhiasan yang bernilai tinggi. Berbagai jenis kulit dari hewan Moluska, Crustacea dan lain-lainnya dijadikan perhiasan, bahkan terdapat kelompok masyarakat yang menjadikan mata pencarian sebagai pengrajin hasil-hasil laut.

Di akhir ayat tersebut di atas, Alquran menyuruh kita bersyukur. Sekarang ini banyak manusia memanfaatkan laut untuk mencari karunia Allah swt, tetapi tidak pandai mensyukurinya. Mereka melakukan eksploitasi dengan cara merusak, sehingga menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.

Karunia dari laut bukan hanya berarti memanfaatkan laut secara langsung, seperti dilakukan para nelayan dan petani ikan, serta pemanfaat jasa transportasi, tetapi juga orang-orang yang mengajarkan bidang perikanan dan kelautan. Memanfaatkan dan mengelola lautan secara rasional dan bertanggung jawab merupakan salah satu bukti kesyukuran kita kepada Allah swt.

Dalam Surat Al Taqwir (81;6) Allah berfirman; "Dan apabila lautan dijadikan meluap." Pertanyaannya, dapatkah lautan itu meluap? Fakta menunjukkan bahwa beberapa tahun yang lalu pernah terjadi tsunami di Aceh yang meluluhlantakkan bangunan-bangunan dan menelan ratusan ribu manusia. Apakah itu yang dimaksud lautan meluap, hanya Allah yang maha mengetahui.

Dalam Surat Ath Thuur ayat 6 disebutkan; "Dan laut yang di dalam tanahnya ada api." Hasil penelitian modern menunjukkan bahwa di dalam laut terdapat ribuan gunung berapi. Beberapa di antaranya membentuk apa yang disebut dengan Black Smoker yaitu sumber panas di dalam laut yang berbentuk mirip cerobong pabrik setinggi ±12 m, ditemukan pada suatu rantai pengunungan di dasar laut dalam. Sejauh ini telah ditemukan 100 lokasi, 25 lokasi mempunyai suhu 350-400oC (Jamil,2004).

Gelap Gulita di Lautan

Surat An Nur (24;40) mengemukakan "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi ombak, yang di atasnya ada ombak (pula), di atasnya (lagi) awan, gelap gulita yang bertindih-tindih." Fakta menunjukkan bahwa secara vertikal di lautan terdapat dua wilayah, yaitu wilayah yang dapat ditembus oleh cahaya (photic zone) dan wilayah yang gelap gulita yang tidak ditembus oleh cahaya (aphotic zone), lalu di atasnya ada ombak. Semuanya sangat detail dijelaskan Alquran.

Pertanyaannya, mengapa Nabi Muhammad, seorang manusia yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal dan hidup di tengah padang pasir, bisa menjelaskan rahasia laut secara detail? Pada waktu ayat ini turun belum ada sekolah kelautan. Ini menunjukkan bahwa Alquran betul-betul merupakan suatu mukjizat dari Allah swt, dan sekali-kali bukan merupakan karangan Nabi Muhammad seperti sangkaan Orientalis Barat.

Sungguh masih banyak lagi rahasia lautan yang terdapat dalam Alquran yang belum sempat diungkapkan pada kolom yang terbatas ini, namun perlu kita mensyukurinya dan memanfaatkanya untuk meningkatkan iman dan taqwa kita Kepada-Nya. Subhanallah. (*)